Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 28 Januari 2010

Lantai Dasar Samudra

LANTAI DASAR SAMUDERA


I. Pendahuluan

Bila kita melihat potret bumi kita yang diambil dari angkasa luar, maka planet bumi didominasi oleh lautan. Oleh sebab itu planet bumi sering disebut sebagai planet biru (blue planet).
Luas permukaan bumi sekitar 510 juta km2. Dari luas tersebut sekitar 360 juta km2 atau sekitar 71% ditutupi oleh air (lautan dan pantai). Sisanya , 29% atau sekitar 150 juta km2 merupakan daratan. Pembagian menjadi daratan dan lautan tidak menunjukkan pembagian yang sama antara bagian utara dan bagian selatan. Di bagian utara dari bumi ini, 61% ditutupi oleh lautan sedangkan daratan hanya sekitar 39%. Sedangkan di bagian selatan bumi pembagiannya menjadi 81% merupakan lautan sedangkan daratannya hanya 19%. Hal tersebut menjadikan bagian utara bumi sering disebut sebagai hemisfer daratan sedangkan bagian selatan disebut hemisfer air. Volume dari daratan hanya sekitar 1/18 dari volume lautan.
Sekarang apa yang terlihat jika air yang menutupi permukaan bumi dikeringkan? Bila hal tersebut dilakukan, maka akan terlihat bukannya permukaan bumi yang rata seperti yang dibayangkan, tetapi permukaan bumi tersebut akan menunjukkan bentuk topografi yang sangat bervariasi.

Permukaan bumi tersebut akan menunjukkan rangkaian pegunungan yang tinggi, lembah yang dalam, dan juga dataran yang rata.
Meskipun kenampakan dasar samudera telah diketahui sejak abad 15 dan 16, tetapi pemahaman tentang topografi dasar samudera yang sangat kompleks baru terkuak sekitar abad 19. Pemahaman ini baru terbuka sejak adanya ekspedisi bawah laut sekitar 3.5 tahun dari H.M.S. Challenger yang dimulai Desember 1872 hingga Mei 1876. Ekspedisi Challenger merupakan ekspedisi pertama yang melakukan penelitian global tentang dasar samudera. Ekspedisi ini telah melakukan perjalanan di dasar samudera sekitar 110 000 kilometer pada semua samudera kecuali laut Arctic. Meskipun demikian, pemetaan dasar samudera baru bisa dilakukan dengan baik setelah ditemukannya alat echo sounder, yaitu peralatan electronik untuk megukur kedalaman laut dengan teknologi bunyi.
Alat echo sounder bekerja dengan memancarkan gelombang bunyi dari kapal ke dasar laut. Pantulan gelombang bunyi dari dasar laut akan diterima oleh alat penerima dan dicata waktu yang dibutuhkan oleh gelombang tersebut untuk sampai ke alat penerima (receiver). Dengan mengetahui kecepatan gelombang bunyi di dalam air, maka kedalaman dapat diukur dengan tepat. Sejak ditemukan alat echo sounder, maka kenampakan yang lebih detil dri dasar samudera dapat diketahui.
Ahli oseanografi (oseanografer) yang mempelajari topografi dasar lautan membaginya menjadi tiga bagian besar yaitu: tepi benua (continental margin), lantai dasar samudera (ocean basin floor) dan pematang tengah samudera (mid ocean ridges). Pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar 1, yang menggambarkan perbandingan dari bagian-bagian tersebut pada Samudera Atlantik.


II. TEPI BENUA (CONTINENTAL MARGIN)

Tepi benua (continental margin) merupakan kawasan tempat bertemuanya kerak benua dengan kerak samudera. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat labil. Tepi benua dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu paparan benua (contnental shelf), lereng benua (continental slope), dan jendul benua (continental rise) (Gambar 2). Tepi benua dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tepi benua yang pasif (passive continental margin) dan tepi benua yang aktif (active continental margin). Tepi benua pasif dicirikan oleh pertemuan kedua lempeng yang tenang dan merupakan kawasan yang relatif stabil. Sedangkan tepi benua yang aktif dicirikan oleh adanya penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua (zona subduksi).

Paparan benua merupakan paparan dengan kemiringan lereng yang landai mulai dari garis pantai ke arah laut dalam. Paparan benua mempunyai ukuran lebar yang sangat bervariasi tergantung dari tipe tepi benuanya. Pada tepi benua yang pasif, rata-rata paparan benua ini mempunyai lebar sampai 80 km dengan kedalaman mencapai sekitar 130 meter sampai 200 meter pada bagian paling tepi. Tetapi ada juga paparan benua yang lebarnya mencapai 1500 km. Sedangkan pada tepi benua yang aktif paparan benua mempunyai lebar yang relatif sempit. Kemiringan lereng rata-rata dari paparan benua hanya 2 meter per kilometer. Kemiringan ini sangat landai sehingga terlihat seperti suatu permukaan yang datar.

Paparan benua merupakan 7.5% dari luas total dasar samudera. Luas ini setara dengan 18% dari luas total daratan bumi. Kawasan paparan benua merupakan kawasan yang sangat penting baik secara ekonomi maupun politik, setelah pada kawasan ini ditemukan sebagai tempat deposit mineral yang penting, termasuk jebakan minyak dan gas bumi, serta endapan pasir dan gravel yang sangat besar. Selain itu pada kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan dalam jumlah yang sangat besar yang merupakan sumber makanan yang sangat penting.
Bila dibandingkan dengan bagian dari lantai dasar samudera yang dalam, paparan benua hanya merupakan bagian yang sangat kecil. Meskipun demikian bukan berarti paparan benua merupakan bagian yang relatif halus. Kenampakan yang paling banyak dijumpai pada paparan benua adalah lembah yang memanjang dari garis pantai menuju ke laut dalam. Kebanyakan dari lembah-lembah tersebut merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari lembah-lembah sungai yang ada di daratan. Lembah-lembah tersebut terbentuk selama Kala Plistosen (zaman peng-esan). Selama zaman tersebut sejumlah besar air laut mengalami pembekuan dan berubah menjadi lapisan es yang menutupi daratan. Hal ini menyebabkan turunnya muka air laut hingga 90 sampai 120 meter, dan paparan benua muncul ke permukaan. Hal ini mengakibatkan sungai-sungai menjadi bertambah panjang dan banyak fauna dan flora menempati lingkungan yang baru terbentuk tersebut. Sekarang bagian tersebut telah tertutupi kembali oleh air laut dan menjadi lingkungan kehidupan bagi organisme laut. Pengerukan yang pernah dilakukan di sepanjang pantai timur Amerika mendapatkan sisa-sisa kehidupan organisme daratan seperti gajah, kuda dan mastodon. Pengambilan contoh endapan di dasar laut tersebut juga mendapatkan adanya endapan rawa-rawa air tawar yang menunjukkan bahwa kawasan ini dahulunya merupakan suatu daratan.
Kelanjutan dari paparan benua ke arah laut adalah lereng benua (continental slope). Bagian ini melebar ke arah laut dengan kemiringan lereng yang yang jauh lebih terjal dibandingkan dengan paparan benua. Rata-rata kemiringan lereng pada lereng benua adalah 70 m per kilometer atau sekitar 4o sampai 5o. Pada tepi benua yang aktif kemiringan lerengnya bisa mencapai 15o atau lebih pada bagian dasarnya. Kedalamannya berubah dari sekitar 100 sampai 200 meter hingga mencapai kedalaman sekitar 5 kilometer. Lereng benua menandai batas antara kerak benua dengan kerak samudera.

Sepanjang beberapa rantai pegunungan, lereng benua cenderung tiba-tiba menjadi palung laut dalam yang memisahkan daratan dengan cekungan laut. Pada kasus ini paparan benua sangat sempit atau bahkan tidak ada sama sekali. Tebing dari palung laut dengan lereng benua pada dasarnya menunjukkan kenampakan yang sama dan berubah menjadi pegunungan dengan puncak yang tingginya mencapai ribuan meter dari permukaan air laut. Kenampakan semacam ini dijumpai di sepanjang pantai barat Amerika Selatan. Di kawasan ini jarak vertikal dari puncak tertinggi Pegunungan Andes ke dasar palung laut dalam Peru – Chile yang membatasi daratan mencapai 12 200 meter.
Di daerah dimana palung laut tidak terbentuk, kemiringan lereng benua yang terjal akan naik secara bertahap yang disebut dengan jendul benua (continental rise). Pada jendul benua kemiringan lerengnya berkurang menjadi 4 sampai 8 meter per kilometer. Sementara lebar dari lereng benua rata-rata 20 kilometer, jendul benua lebarnya mencapai ratusan kilometer. Pada tempat ini terbentuk akumulasi sedimen yang tebal yang berasal dari paparan benua yang bergerak ke bawah menuju lantai dasar samudera yang dalam. Meskipun jendul benua relatif tidak nampak, tetapi permukaannya sering terdapat lembah bawah laut yang dalam (submarine canyon) atau gunungapi bawah laut yang belum sepenuhnya tertutup sedimen.
Lembah yang dalam yang dibatasi oleh tebing yang terjal dinamakan lembah bawah laut (submarine canyon) yang berasal dari lereng benua dan dapat mencapai kedalaman sampai 3 kilometer.


II. ARUS TURBIDIT

Arus turbidit atau sering disebut arus keruh, adalah arus yang terbentuk akibat longsoran material sedimen yang berada pada lereng benua yang belum padu benar. Proses ini terjadi kemungkinan akibat adanya gempabumi. Proses ini sama kejadiannya dengan longsoran yang terjadi di daratan. Jadi faktor utama pembentuknya adalah gaya gravitasi. Material yang longsor akan bercampur dengan air dan membentuk arus yang keruh karena banyaknya material yang tersuspensi di dalamnya. Karena air yang bercampur material sedimen tersebut lebih berat dari pada air yang berada di atasnya, maka material tersebut akan mengalir ke bawah dan mengerosi dan akan terakumulasi pada dasar laut yang lebih dalam. Proses erosi yang dilakukan oleh material sedimen ini terus terjadi selama proses terjadinya longsoran tersebut sehingga kadangkala dapat membentuk lembah yang dalam.
Arus turbidit pada awalnya terjadi pada sepanjang lereng benua dilanjutkan sampai memotong jendul benua . Selanjutnya kecepatannya menurun kemudian material tersuspensi ini mulai terendapkan. Material yang pertama kali terendapkan adalah material yang berukuran pasir kasar selanjutnya berturut-turut material yang berbutir halus, lanau dan lempung. Endapan ini disebut endapan turbidit yang dicirikan oleh penurunan ukuran butir dari bawah ke atas. Struktur sedimen demikian disebut struktur sedimen lapisan bersusun (graded bedding). Arus turbidit merupakan mekanisme terjadinya proses erosi dan transportasi di bawah laut. Arus inilah yang menyebabkan dijumpainya endapan sedimen laut dangkal pada dasar laut yang dalam. Pada endapan ini sering pula dijumpai sisa-sisa organisme yang hidup pada laut dangkal di endapan laut dalam.

III. KENAMPAKAN LANTAI DASAR SAMUDERA

Diantara tepi benua dan pematang tengah samudera terdapat lantai laut dalam. Kawasan ini berukuran hampir 30% dari permukaan bumi. Pada kawasan ini dijumpai adanya palung laut, yang merupakan alur yang sangat dalam yang disebut palung-laut dalam (deep-ocean trenches); daerah yang datar yang dikenal dengan dataran abisal (abyssal plains); dan gunung berapi dengan lereng yang terjal yang disebut gunung bawah laut (seamount).

III. 1. Palung-Laut Dalam

Palung-laut dalam merupakan alur atau parit yang panjang dan relatif sempit yang menggambarkan bagian terdalam dari lautan. Beberapa diantaranya di bagian barat Samudera Pasifik, palung laut ini mempunyai kedalaman lebih dari 10 000 meter di bawah muka air laut.
Meskipun palung laut merupakan hanya sebagian kecil dari daerah dasar samudera, tetapi merupakan fenomena geologi yang sangat menarik. Pada tempat ini terjadi penunjaman lempeng-lempeng kerak bumi ke dalam mantel bumi sehingga terjadi penghancuran dari kerak tersebut. Fenomena ini yang menyebabkan terjadinya gempabumi. Aktivitas gunung api juga berhubungan dengan proses pembentukan palung laut. Pada laut yang terbuka, palung laut membentuk alur yang sejajar dengan deretan pulau-pulau gunung api (volcanic island arcs). Sedangkan deretan gunung api kemungkinan dijumpai sejajar dengan palung laut yang berdekatan dengan daratan. Aktivitas gunung api ini terjadi karena kerak bumi yang menunjam ke dalam mantel bumi mengalami penghancuran dan mencairan yang membentuk magma kembali.


III. 2. Dataran Abisal (Abyssal Plains)

Dataran abisal merupakan kenampakan topografi yang sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini merupakan tempat yang paling datar pada permukaan bumi. Dataran abisal yang dijumpai di pantai Argentina mempunyai perbedaan tinggi kurang dari 3 meter pada jarak lebih dari 1300 kilometer. Topografi yang datar ini kadang-kadang di selingi dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang tertimbun.
Dataran abisal tersusun oleh akumulasi sedimen yang sangat tebal. Kenampakan sedimen pada daerah ini menunjukkan bahwa dataran ini dibentuk oleh endapan sedimen yang telah megalami pengangkutan sangat jauh oleh arus turbid. Endapan turbid ini berselingan dengan material sedimen yang berukuran lempung yang terus menerus terendapkan pada tempat ini.
Dataran abisal dijumpai sebagai bagian dari dasar samudera pada semua lautan. Dataran ini akan lebih luas apabila tidak dijumpai palung laut yang berdekatan dengan daratan. Samudera Atlantik memiliki dataran abisal yang lebih luas daripada samudera Pacifik karena samudera Atlantik mempunyai palung laut jauh lebih sedikit dibandingkan yang dijumpai pada samudera Pasifik.


III. 3. Gunung Bawah Laut (Seamounts)

Gunung bawah laut (seamount) merupakan puncak-puncak gunung yang muncul pada dasar samudera dengan ketinggian sampai beberapa ratus meter di atas topografi sekitarnya. Puncak kerucut yang terjal ini telah banyak dijumpai pada semua samudera di dunia ini . Samudera Pasifik merupakan samudera dengan gunung bawah laut yang terbanyak dibandingkan dengan samudera lainnya.
Kebanyakan gunungapi bawah laut muncul pertama kali dekat dengan pamatang tengah samudera, yaitu tempat pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang divergen (saling menjauh). Selanjutnya gunung tersebut terus bertumbuh seiring dengan pergerakan dari lempeng-lempeng tektonik tersebut. Jika pertumbuhan gunugapi tersebut cukup cepat, maka gunungapi tersebut akan membentuk suatu pulau. Setelah gunungtersebut tumbuh sebagai pulau, gunung tersebut akan mengalami proses erosi oleg aliran air perukaan dan kerja ombak sehingga ketinggiannya menurun sampai mendekati muka air laut.


IV. PEMATANG TENGAH-SAMUDERA (MID-OCEANIC RIDGES)

Pematang tengah samudera dijumpai pada semua samudera dan merupakan 20% dari permukaan bumi, dan merupakan kenampakan topografi yang sangat menakjubkan didasar laut. Topogarfi ini merupakan rangkaian pegunungan yang memanjang sampai sekitar 65 000 kilometer. Meskipun demikian kenampakan pematang tengah samudera sangat berbeda dengan rangkaian pegunungan yang dijumpai di daratan. Kalau rantai pegunungan di daratan disusun oleh batuan graniti dan andesitik sertabatuan dan batuan metamorf yang megalami perlipatan dan penesaran, maka pematang tengah samudera disusun oleh lapisan-lapisan batuan beku basaltic yang belum mengalami deformasi. Sebetulnya pemakaian kata pematang tidak begitu tepat, karena kenampakan topografi ini tidak sempit tetapi mempunyai lebar antara 500 sampai 5000 kilometer. Puncak dari pematang ditandai oleh adanya celah (rift) dan dibatasi oleh pematang yang memanjang sampai ratusan kilometer. Sumbu dari pematag ditandai oleh gempabumi yang terus menerus dan dicirikan oleh aliran panas yang sangat tinggi dari kerak bumi. Celah yang terdapat pada tengah pematang merupakan tempat magma baru muncul dari astenosfer yang secara menerus membentuk kerak samudera baru. Celah ini menggambarkan batas kerak yang divergen tempat terjadinya pemekaran lantai dasar samudera. (sea floor spreading).
Kenampakan yang menonjol dari pematang ini disebabkan karena kerak samudera yang baru sangat panas, dan mempunyai volume yang lebih besar daripada kerak samudera yang dingin. Ketika kerak yang baru ini bergerak menjauh dari pusat pemekaran, terjadi lah proses pendinginan yang bertahap dan terjadi pula kontraksi. Proses kontraksi panas ini semakin besar semakin menjauhi pusat pemekaran. Dibutuhkan waktu sekitar 100 juta tahun untuk terjadinya proses pendinginan dan kontraksi yang menyeluruh. Sekarang batuan yang terbentuk tersebut terletak pada dasar samudera dan telah tertutupi oleh lapisan sedimen yang tebal


V. TERUMBU KARANG DAN ATOL (CORAL REEF & ATOLL)

Terumbu karang (coral reef) kenampakan yang sangat menarik yang dijumpai di laut. Terumbu karang terutama dibentuk oleh sisa-sisa rangka gampingan dan sejenis ganggang. Istilah coral reef
Terumbu karang sangat banyak dijumpai pada samudera Pacifik dan Hindia yang mempunyai temperatur yang hangat, meskipun dapat juga terbentuk dimana-mana. Karena karang tumbuh dengan sangat baik pada temperatur sekitar 24o C, maka lokasi pertumbuhannya sangat membutuhkan air yang hangat. Selain itu pertumbuhan koral membutuhkan air yang jernuh dan sinar matahari yang cukup, oleh sebab itu koral tumbuh dengan baik pada kedalaman sekitar 45 meter.
Charles Darwin pada tahun 1831 sampai 1836, dengan menggunakan kapal Inggris melakukan ekspedisi mengelilingi dunia. Salah satu hasil dari ekspedisi selama 5 tahun tersebut adalah teori tentang proses pembentukan pulau-pulau karang atau atol. Atol terdiri dari terumbu karang yang melingkar seperti cincin yang hampir utuh yang mengelilingi laguna (lagoon), Laguna adalah laut yang tertutup, tetapi masih berhubungan dengan laut lepas. Sejak itu sampai setelah Perang Dunia II, asal muasal dari terumbu karang menumbuhkan keingintahuan orang.
Teori yang dicetuskan oleh Darwin berusaha menjawab pertanyaan yang selama itu timbul, yaitu: Bagaimana koral yang hanya tumbuh dengan baik pada air hangat, laut dangkal, dan kedalaman tidak lebih dari 45 meter dapat membentuk bangunan yang mencapai ribuan meter dari dasar laut? Pertanyaann tersebut dijawab oleh Darwin dengan teorinya, bahwa koral tidak hidup pada laut yang dalam, tetapi untuk hidupnya koral membutuhkan suatu fondasi yang harus sudah ada. Fondasi tersebut adalah gunungapi bawah laut yang mengalami penurunan. Kemudian koral tumbuh pada lereng-lereng gunungapi tersebut. Ketika gunungapi tersebut turun dengan perlahan, koral terus tumbuh ke atas. Lama kelamaan pertumbuhan koral tersebut akan membentuk semacam cincin.
Teori pembentukan atoll oleh Darwin tersebut bertahan sampai setelah Perang Dunia II. Setelah berakhirnya PD II, teori tersebut mulai ditinggalkan, ketika Amerika Serikat melakukan penelitian mendalam mengenai atoll yang akan dijadikan sebagai tempat percobaan bom atom. Pemboran yang dilakukan pada atoll tersebut tidak mendapatkan batuan vulkanik di bawah struktur koral yang tebal.


VI. SEDIMEN DASAR LAUT

Kecuali pada beberapa tempat, seperti tempat-tempat yang dekat dengan puncak dari pematang tengah samudera, dasar samudera ditutupi oleh endapan sedimen. Sebagian material sedimen tersebut terendapkan oleh arus turbid, dan sisanya merupakan material sedimen yang terendapkan perlahan-lahan dari permukaan laut. Ketebalan dari endapan sedimen tersebut sangat bervariasi. Pada beberapa palung laut, yang merupakan cekungan sedimentasi untuk sedimen yang berasal dari tepi benua, ketebalannya dapat mencapai 10 000 kilometer. Tetapi pada umumnya ketebalan sedimen di dasar laut kurang dari angka tersebut. Di Samudera Pasifik ketebalan endapan sedimen yang belum mengalami kompaksi mencapai sekitar 600 meter. Sedangkan di Samudera Atlantik ketebalannya berkisar antara 500 hingga 1000 meter.
Material yang berukuran halus seperti Lumpur, merupakan material yang dominan dijumpai pada dasar laut dalam, meskipun di beberapa tempat dijumpai juga endapan yang berukuran pasir. Material Lumpur (mud) juga merupakan endapan sedimen yang dominan dijumpai pada paparan benua dan lereng benua, tetapi endapan sedimen di tempat tersebut relatif lebih kasar karena kandaungan material yang berukuran pasir relatif lebih banyak. Pasir pada umumnya diendapkan pada paparan benua yag membentuk pesisir pantai. Pada beberapa tempat sedimen yang berbutir kasar ini, yang biasanya dijumpai pada atau dekat pantai, dijumpai pada laiut dengan kedalaman yang lebih besar sampai ke batas tepi paparan benua.

VI. 1. Tipe-Tipe Sedimen Dasar Laut

Endapan sedimen dasar laut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) sediment litogenous (berasal dari rombakan batuan), 2) sedimen biogenous (berasal dari organisme), 3) sedimen hydrogenous (berasal atau dibentuk oleh air). Meskipun macam sedimen di dasar laut tersebut dikelompokkan menjadi tiga, tetapi tidak ada sedimen yang hanya terdiri dari satu macam saja. Kebanyakan ketiganya dapat terbentuk bersama-samapada satu tempat.
Sedimen litogenous merupakan sedimen yang terutama terdiri dari butiran mineral yang berasal dari hasil pelapukan batuan di daratan yang mengalami pengangkutan ke laut. Sediment asal daratan ini disebut juga sedimen terigen (terigenous sediment). Sedimen litogenous diendapkan hampir di seluruh dasar laut. Partikel-partikel sedimen yang berukuran pasir diendapkan dekat pantai. Sedangkan material yang berukuran halus akan terangkut oleh arus laut ke tempat yang lebih jauh sampai ribuan kilometer dan diendapkan di dasar laut dalam. Endapan sedimen yang berbuti halus ini disebut sedimen pelagic (pelagic sediment). Selain diangkut oleh air, sedimen yang berbutir halus juga mengalami pengangkutan oleh angin dan diendapkan di dasar laut dalam. Proses pengendapan sedimen ini di dasar laut dalam sangat lambat. Endapan dengan ketebalan 2 cm dibutuhkan waktu antara 5000 sampai 50 000 tahun. Sebaliknya pada tepi benua yang dekat dengan muara sungai yang besar , sedimen litogenous terendapkan sangat cepat.
Sediment pelagic sangat tipis pada pematang tengah samudera dan akan semakin menebal semakin menjauh dari pematang tersebut. Hal ini disebabkan dasar samudera pada pematang merupakan kerak yang masih muda umurnya dan semakin menjauh dari pematang semakin tua. Karena proses pengendapan sedimen tersebut berlangsung terus menerus, maka endapan yag tebal terjadi pada dasar laut yang lebih tua, sebaliknya menipis pada dasar laut yang lebih muda.


Karena sedimen yang berbutir halus tersuspensi dalam air dalam waktu yang relatif lama, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi reaksi pada sedimen tersebut. Oleh sebab itu endapan sedimen pada laut dalam sering atau coklat. Warna tersebut dihasilkan karena reaksi antara unsur besi yang terdapat di dalam partikel atau di dalam air bereaksi dengan oksigen yang terlarut dalam air dan menghasilkan oksida besi (karat).
Sedimen biogenous terdiri dari cangkang atau rangka dari organisme laut. Rombakan ini dihasilkan dari mikro organisme yang hidup dekat atau pada permukan air. Rombakan cangkang dan rangka organisme ini secara terus menerus akan jatuh ke dasar laut.
Sedimen biogenous yang sangat umum adalah calcareous ooze yang tersusun oleh CaCO3. Sedimen ini dibentuk oleh organisme yang hidup permukaan air laut yang hangat. Calcareous ooze tidak terbentuk pada lingkungan laut yang sangat dalam. Ketika cangkang dari organisme tersebut yang disusun oleh calcareous carbonate perlahan jatuh ke dasar laut dengan air yang dingin, material tersebut akan larut dalam air. Hal ini disebabkan karena air yang dingin banyak mengandung karbon dioksida sehingga lebih asam daripada air hangat. Pada laut yang dalamnya lebih dari 4500 meter, cangkang organisme yang disusun oleh kalkareous akan larut sebelum mencapai dasar laut.
Contoh lain dari sedimen biogenous adalah sedimen siliceous ooze (SiO2) dan sedimen yang kaya posfat. Sedimen siliceous ooze terutama disusun oleh rangka diatomea (algae) dan radiolaria (binatang). Sedimen yang disusun oleh radiolaria disebut radiolarit. Sedangkan sedimen yang kaya posfat dibentuk oleh rombakan tulang, gigi , dan bagian keras lainnya dari ikan dan binatang laut lainnya.
Sedimen hidrogenous terdiri dari mineral hasil kristalisasi langsung dari air laut. Contohnya batugamping yang dibentuk dari kristalisasi air yang banyak mengandung calcium carbonate (CaCO3). Meskipun kebanyakan batugamping disusun oleh sedimen biogenous.
Salah satu contoh yang bagus dari sedimen hidrogenous adalah nodul mangan. Nodul mangan merupakan sedimen dasar laut yang cukup penting dan mempunyai nilai ekonomis. Nodul mangan merupakan material sedimen yang bentuknya membundar berwarna coklat kehitaman dan disusun oleh campuran mineral-mineral yang terbentuk dengan sangat lambat di dasar laut. Tingkat pembentukannya merupakan salah satu reaksi kimia yang paling perlahan. Dengan analisa radioaktif, diketahui tingkat pertumbuhan nodul adalah 0.002 sampai 0,2 milimeter per 1000 tahun.
Meskipun nodul mangan mengandung lebih dari 20%, ketertarikan pada endapan ini disebabkan karena banyaknya unsur logam lain yang lebih bernilai ekonomis. Selain mangan, nodul mangan dapat juga mengandung besi, tembaga, nikel dan kobalt dalam jumlah yang signifikan. Meskipun banyak kawasan yang mengandung nodul, tetapi tidak potensial untuk dieksploitasi. Kemungkinan penambangan dapat dilakukan apabila suatu wilayah mengandung deposit yang melimpah sekitar lebih dari 5 kilogram per m2, dan mengandung kobalt, tembaga dan nikel. Selain itu karena deposit nodul berada di dasar laut dalam maka diperlukan teknologi tinggi dan biaya yang sangat besar. Hal ini menyebabkan banyak deposit nodul mangan yang belum diekspoitasi.

0 komentar:

Posting Komentar